RERANGKA
PEMBENTUKAN MINDSET
KONSEP MINDSET
Mindset merupakan peta mental yang mampu menggambarkan kenyataan
suatu teritorial, menjadikan orang mengetahui dimana dia berada dan kemana dia
menuju, sehingga dia mampu merencanakan bagaimana dia menuju kesana.
Gambar diatas merupakan gambar
building blocks kultur organisasi yang dibuat berdasarkan model Edgar H. Schein
terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama adalah paradigma yang merupakan cara
pandang yang digunakan oleh organisasi terhadap sesuatu. Tingkat kedua adalah
keyakinan dasar yang bersama-sama dengan paradigma membentuk mindset organisasi. Mindset ini merupakan bagian tidak tampak dari suatu kultur
organisasi dan berlokasi di dalam pikiran anggota organisasi. Mindset ini yang mendasari perilaku anggota
organisasi didalam bertindak melakukan bisnis atas nama organisasi. Perilaku
orang di dalam organisasi dalam melaksanakan bisnis organisasi merupakan bagian
kultur organisasi yang dapat dijelaskan melalui paradigma, keyakinan dasar, dan
nilai dasar yang berda di dalam pikiran anggota organisasi. Mindset dapat dibentuk melalui usaha
bersistem (pendidikan dan pengalaman) atau secara sederhana terbentuk melalui
prasangka.
KETIDAKSESUAIAN
MINDSET PERSONAL DENGAN MINDSET ORGANISASI
Mindset sesorang menentukan sikapnya, dan sikap seseorang
menentukan tindakannya. Begitu pula apabila mindset
personel secara individual tidak sejalan dengan mindset organisasi, menyebabkan kemungkinan timbulnya sikap dan
tindakan-tidakan yang kurang menguntungkan bagi organisasi.Ada tiga kemungkinan
yang timbul:
Jika
personal tidak yakin bahwa kelangsungan hidup organisasi ditentukan oleh costumer ,maka dalam melayani costumer ia akan memperlukan costumer sebagai orang yang membutuhkan
produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, bukan sebaliknya, perusahaan
yang membutuhkan costumer untuk dapat
menjual produk dan jasanya. Oleh karena itu, jika manajemen puncak telah
mengomunikasikan paradigma costumer value
strategy, keyakinan dasar, dan nilai dasar organisasi yang berkaitan dengan
pradigma tersebut, namun personel tidak mau menerima, personel ini akan
melaksanakan layanan kepada costumer secara
setengah hati atau tanpa hati sama sekali. Sistem layanan kepada costumer yang sudah dirancang untuk
memberikan kepada jasa costumer menjadi
tidak efektif, karena personel yang melaksanakannya tidak menggeser mindsetnya ke costumer value mindset.
2.
Personel memerlukan pengawasan dari orang lain untuk
memastikan bahwa tindakannya dilaksanakan berdasarkan mindset yang semestinya.
Pengkomunikasian
mindset kepada seluruh personel akan
berhasil jika melalui internalisasi paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar
yang dirumuskan oleh organisasi tertanam di dalam diri seluruh personel
organisasi tersebut. Dengan demikian, paradigma, keyakinan dasar, dan nilai
dasar yang telah tertanam dalam diri personel secara individual mampu berfungsi
sebagai pengarah dan pengendali sikap, tindakan, dan perilaku personel secara
individual. Dalam kondisi demikian, personel tidak memerlukan pengawasan dari
luar dirinya karena sudah memiliki self-imposed
control pengendalian yang dipacu dalam diri pribadi orang yang bersangkutan.
3.
Personel dapat melakukan sabotase karena ketidakpastian
antara mindsetnya dengan mindset yang semestinya yang diperlukan
untuk melaksanakan tindakan.
Ketidaksesuaian
mindset personel dengan mindset organisasi dapat mengakibatkan
timbulnya usaha personel untuk melakukan sabotase terhadap sistem yang
diterapkan organisasi. Sebagai contoh, personel fungsi pembelian mempunyai
keyakinan bahwa pemasok adalah pedagang yang membutuhkan order dari perusahaan,
dan diyakini pula oleh personel tersebut bahwa umumnya pemasok mengikat bisnis
dengan perusahaan untuk mencari laba sebesar-besarnya, tanpa menghiraukan
kualitas. Kemudian misalnya, manajemen puncak mengubah paradigma berkaitan
dengan pemasok menjadi berikut ini:
a.
Pemasok adalah mitra bisnis yang menentukan kualitas dan
waktu penyerahan masukan untuk memungkinkan perusahaan menyediakan produk dan
jasa yang menghasilkan value dan customer. Oleh karena itu hubungan
antara perusahaan dan pemasok harus dilandasi oleh trust-based relationship, bukan distrust-based
reltionship.
b.
Berdasarkan paradigma tersebut, manajemen puncak kemudian
mengkomunikasikan keyakinan dasar bahwa “perusahaan merupakan mata rantai yang
menghubungkan pemasok dengan customer,”
dan “pemasok adalah tujuan pekerjaan fungsi pembelian.” Disamping itu,
manajemen puncak mengkomunikasikan kepada personel fungsi pembelian tiga nilai
dasar ini: integritas, kerendahan hati, dan kesediaan untuk melayani.
Personel fungsi pembelian yang
tidak menerima minsed (paradigma,
keyakinan dasar dan nilai dasar) yang dikomunikasikan oleh manajemen puncak,
dapat bersikap setengah hati di dalam melaksanakan sistem pembelianbaru yng
dirancang untuk mewujudkan mindet baru
tersebut. Ia mungkin juga melakukan tindakan yang lebih ekstrim, yaitu dengan
melakukan sabotase pelaksanaan sistem pembelian baru, dengan cara memperlakukan
pemasok sebagaimana biasanya, dengan melakukan inspeksi yang ketat terhadap
semua barang yang diterima dari pemasok, dan dengan menunjukkan seolah pemasok
merupakan pedagang yang akan menipu perusahaan (berdasarkan distrust-based relationship).
Oleh karena itu, perancangan
sistem manajemen mestinya dilandasi dengan paradigma customer value strategy, agar sistem tersebut menghasilkan value bagi cusomer. Di samping itu, perlu pula dirumuskannya keyakianan dasar
dan nilai dasar yang mendasari sistem manajemen yag disusun tersebut.
Pengkomunikasian paradigma, keyakinan dasar, dan nilai dasar kepada semua
personel yang terlihat di dalam menjalankan sistem manajemen yang telah
dirancang, akan menjamin efektivitas pengimplementasian sistem tersebut.
Keberhasilan pengkomunikasian mindset akan
menjadikannya shared mindset bagi
seluruh personel yang terlibat dalam sistem manajemen tersebut.
RERANGKA
KONSEPTUAL PERUMUSAN MINDSET
1.
Perumusan Mindset
Ada
sua langkah pembentukan mindset : ( 1 ) perumusan mindset, ( 2 )
pengomunikasian mindset. Perumusan mindset dilaksanakan melalui empat langkah
berikut ini : (1 ) trendwatching, ( 2 ) envisioning, ( 3 ) perumusan paradigm,
( 4 ) perumusan mindset. Pengomunikasian mindset yang telah dirumuskan melalui
dua cara : ( 1 ) melalui perilaku pribadi manajemen puncak, ( 2 ) melalui
perilaku operasional .
Perumusan mindset
yaitu :
( 1)
Trendwatching
Manajemen
puncak melakukan pengamatan berbagai trend pemacu perubahan yang akan terjadi
dimasa depan. Empat pemacu perubahan yang berdampak terhadap lingkungan bisnis
adalah globalisasi ekonomi, teknologi informasi, strategic quality , dan
revousi manajemen.
( 2)
Envisioning
Adalah
kemampuan kita untuk menggambarkan dampak perubahan dalam lingkungan bisnis
yang diakibatkan oleh berbagai pemacu perubahan yang telah diamati dalam
trendwatching. Akibat pemacu perubahan tersebut adalah costumer memegang
kendali bsinis, kompetisi menjadi tajam, dan perubahan menjadi berubah
( 3)
Perumusan paradigma
Paradigma
yang sesuai dengan lingkungan bisnis adalah customer value strategyc suatu.
Suatu pandangan bahwa kelangsunagn hidup perushaan dan kemampuannya untuk
bertumbuh ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam menyediakan valuae terbaik
bagi customer.
Lingkungan
bisnis digambarkan kerakteristiknya sebagai lingkungan yang tajam. Suatu
pandangan bahwa kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuannya untuk bertumbuh
ditentukan oleh kemampuan perusahaan tersebut untuk secara berkelanjutan
melakukan improvement terhadap system dan proses untuk menghasilkan value bagi
costumer.
( 4)
Perumusan
mindset
Paradigm
merupakan building block dasar, yang pertama kali harus diletakkan
dalam membangun kultur organisasi. Blok – blok nya dalah keyakinan dasar ,
nilai dasar, dan system manajemen
2.
Pengkomunikasian Mindset
Paradigma, keyakinan dasar dan
nilai dasar organisasi yang dirumuskan dengan jelas dan dikomunikasikan kepada
seluruh personel organisasi akan menjadi shared
paradigm, shared beliefs, dan share values dalam diri tiap personel
organisasi, sehingga organisasi akan kohesif dalam proses menuju ke masa depan.
Kekohesivan organisasi sangat diperlukan untuk membangun kekuatan organisasi
dalam menghadapi lingkungan bisnis kompetitif.
Paradigma, keyakinan dasar dan
nilai dasar organisasi perlu dikomunikasikan oleh manajemen puncak kepada
seluruh personel melalui dua pendekatan :
1.
Perilaku pribadi (personel
behavior)
Paradigma,
keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi dikomunikasikan kepada seluruh
personel melalui proses internalisasi sistematik. Proses internalisasi ini
ditempuh untuk menanamkan konsep paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar
organisasi. Di samping itu manajemen bertanggung jawab untuk menggunakan kata
kunci yang terdapat dalam paradigma, keyakinan dasar dan nilai dasar dalam
komunikasi harian mereka dengan sesama manajer, dengan karyawan, dengan pemasok
dan mitra bisnis serta dengan customer.
Untuk
memperkuat pesan yang terkandung dalam paradigma, keyakinan dan nilai dasar
organisasi, manajemen memberikan contoh penghayatan paradigma keyakinan dan
nilai dasar organisasi ke dalam perilaku keseharian mereka. Actions speak louder than words. Melalui
perilaku pribadi, manajemen puncak mengkomunikasikan kepada karyawan komitmen
manajemen puncak terhadap paradigma, keyakinan dan nilai dasar organisasi.
2.
Perilaku operasional (operational
behavior)
Paradigma,
keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi dikomunikasikan kepada seluruh
personel dengan memasukkan hal tersebut ke dalam peraturan, sistem dan prosedur
serta keputusan resmi yang dibuat. Dengan cara ini, sistem dan prosedur,
peraturan dan keputusan menjadi komunikator secara berkelanjutan bagi
paradigma, keyakinan dan nilai dasar organisasi.
Perbedaan pendekatan perilaku
pribadi dan pendekatan perilaku operasional adalah sebagai berikut :
NO
|
KARAKTERISTIK
|
PENDEKATAN PRIBADI
|
PENDEKATAN OPERASIONAL
|
1.
|
Cara penyampaian
|
Melalui internalisasi sistematik (melalui pemberian contoh perilaku nyata
dalam keseharian)
|
Dengan memasukkan hal tersebut ke dalam peraturan, sistem dan prosedur
serta keputusan resmi yang dibuat
|
2.
|
Ruang lingkup
|
Sempit, hanya karyawan yang menyaksikan perilaku manajemen yang dapat
menerima komunikasi
|
Sangat luas, mencakup seluruh karyawan perusahaan
|
3.
|
Jangka waktu
|
Singkat
|
Panjang (lama)
|
Melalui proses SPPM, paradigma,
keyakinan dan nilai dasar akan diterjemahkan ke dalam tindakan nyata. Sebagai
contoh dalam proses perumusan strategi, disamping ditetapkan visi dan misi
organisasi, juga dilakukan perumusan keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi.
Dalam merumuskan keyakinan dasar dan nilai dasar organisasi tersebut, manajemen
dapat memilih keyakinan dasar dan nilai dasar yang perlu ditonjolkan untuk
dijadikan sebagai pembeda organisasi perusahaan dengan perusahaan lain.
Kemudian keyakinan dan nilai dasar yang telah diterjemahkan ke dalam action plan melalui sistem perencanaan
strategik, sistem penyusunan program dan sistem penyusunan anggaran. Melalui
ketiga sistem tersebut, paradigma, keyakinan dan nilai dasar diterjemahkan ke
dalam sasaran strategik, inisiatif strategik, rencana laba jangka panjanag dan
rencana laba jangka pendek.
J-Pop Casino and Hotel in Wazala - jtmhub.com
BalasHapusJ-Pop 익산 출장마사지 Casino and Hotel is located in Wazala, 삼척 출장안마 Wazala. With over 1500 slots and games, J-Pop 경기도 출장샵 Casino is located in 정읍 출장마사지 one of the 천안 출장마사지 more convenient