Senin, 02 Mei 2016

Rindu Sumba

Tak lagi ku nikmati sepimu
Yang membuai dan mengiringi kecamuk dadaku
Akan jiwa-jiwa yang terpisah ruang, jarak dan waktu

Tak lagi ku dengar lantunan sendu tuanmu
Yang menggores dan menoreh warna dihidupku
Lewat gumul berbalut canda sepanjang waktu

Tak lagi kurasakan kesejukan pagimu
Lewat mata air yang setia membasuh tubuhku
Di balik tirai pepohonan di lereng berbatu

Tak lagi ku saksikan gamal-gamal merayu
Dengan bunga-gunga merah muda yang bersemi indah
Di musim panasmu yang terik

Tak lagi ku pandang langit malammu
Yang bertabur jutaan bintang-bintang
Bak permata yang memancarkan pesona dikegelapan

Tak lagi ku rasakan desiran anginmu
Yang menjaga dan memeluk ragaku
Disepanjang siang dan malamku

Tak lagi ku temukan rembulan bersinar terang
Yang nampak begitu dekat
Hingga terasa jemari tanganku mampu meraihmu
Sungguh cintaku membuat hatiku tercekik rindu
Rinduku yang membuncah kepadamu
Tanah Mahu, Bumi Marapu, Matawai Amahu pada Njara Hamu



Surabaya, 3 Mei 2016
Siti Nur Ainunnajah

Singgah dirumah salah satu siswa kelas VII SMPN Satap Patamawai "Frans" dalam perjalanan menuju air terjun Patamawai. Mayoritas rumah penduduk yang masih berada dikampung-kampung didataran tinggi masih berupa rumah panggung kayu. Sebagian beratap seng, sebagian beratap jerami, terutama rumah-rumah ladang.


 Rumah Bapak Dusun Uma Gudang desa Patamawai. Ketika ada warga yang meninggal, upacara penguburan dilakukan secara besar-besaran. Seluruh penduduk memakai pakaian adat setempat.
Jalan menuju kampung Uma Gudang disore hari

Langit dini hari di atas bukit Patamawai

Sabtu sehat, waktunya kerja bakti dan pengembangan diri siswa

Pohon gamal yang mulai berbunga bak sakura memasuki musim kemarau
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar